Stigma Penderita Kusta dan Down Syndrome Hari ini, Masihkah?



Banyak orang yang hingga hari ini merasa bahwa kusta adalah penyakit yang menimbulkan banyak problematika dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun dipandang sebagai penyakit yang tidak membunuh penderitanya, namun secara tidak sadar Kusta telah memberi dampak lain yang membuat penderitanya merasa tidak nyaman berada di lingkungan yang besar, hingga kehilangan rasa percaya diri. 

Efek lain yang lebih parah adalah bahwa Kusta bisa membuat penderitanya merasa terbebani karena tekanan mental yang perlahan membuat mereka menjauh dari lingkungannya sendiri.

Kusta sendiri merupakan penyakit tertua di bumi yang sudah ada sejak 600 tahun sebelum masehi. Kusta merupakan infeksi menular kronis yang menyerang sistem saraf, kulit, selaput lendir hidung dan mata. 

Kusta disebut juga lepra atau penyakit Morbus Hansen. Pada zaman dulu, kusta sendiri menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti oleh manusia karena kerusakan yang ditimbulkannya pada tubuh manusia karena dapat menyebabkan kecacatan, luka borok, dan pada saat itu orang-orang percaya kusta dapat membuat kerusakan pada tubuh hingga mutilasi (pemutusan anggota tubuh manusia).

Beruntung hari ini semuanya sudah bisa diteliti dengan baik dan benar, pakar Kesehatan dari berbagai negara telah mulai menelitinya secara bertahap. Menurut sebuah penelitian Kusta bersifat intraseluler obligat yang menyerang saraf perifer sebagai afinitas pertama, tetapi dapat juga terjadi pada kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, dan organ-organ lain kecuali susunan saraf pusat (Wolff, 2007). 

Meskipun berbahaya dan bisa menyebabkan infeksi yang parah, faktanya Kusta tidak akan membuat anggota tubuh manusia terputus begitu saja. Anggapan lama tentang penyakit kusta perlahan mulai bisa disingkirkan dengan penyederhanaan Mitos dan Fakta.

Saat ini, informasi lebih cepat diterima masyarakat. Baik itu tentang fakta-fakta sesungguhnya tentang kusta dan penyakit lainnya. Sehingga satu demi satu masalah distigmatisasi kepada penderita kusta perlahan bisa dihilangkan sedikit demi sedikit. Meskipun pada kenyataannya, para penderita kusta atau sering juga disebut lepra akan merasa tidak percaya diri saat berkumpul bersama orang lainnya.

Di daerah-daerah yang masih sulit mendapatkan informasi mungkin akan sangat berbeda, masih memungkinkan seorang penderita kusta dijauhi dalam lingkungannya karena pemahaman tentang penyakit ini yang kurang tersosialisasi dengan benar. 

Jika terus begini, maka yang membunuh penderita kusta bukanlah penyakitnya, tapi pembunuhan mental oleh ketidak tahuan manusia lainnya tentang bagaimana seharusnya penderita kusta diperlakukan. Banyak juga saat ini para penderita kusta yang pernah jatuh kemudian mulai bangkit dan berjuang untuk bisa sembuh dan kembali bersosialisasi selayakanya manusia lainnya.

Lawan Stigma Untuk Dunia yang Setara

Beruntung Rabu, 30 Maret 2022, Pukul 09:00-10:00 WIB, NLR Indonesia dengan ruang publik KBR mengadakan live streaming youtube mengusung tema Lawan Stigma Untuk Dunia yang Setara. 

Acara tersebut menggandeng narasumber dr. Oom Komariah,  M. Kes yang merupakan Ketua pelaksana haru down syndrome dunia (HDSD) dan Uswatun Khasanah merupakan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK)

Jadi setiap tanggal 21 Maret diperingati sebagai hari down syndrome sedunia, bagaimana orang yang mengalami down syndrome bisa memiliki masa depan yang lebih baik lagi, tentu saja harus ada dorongan dari orang disekitar. 

Berjuang Untuk Sembuh Dari Penyakit Kusta

Sementara Uswatun Khasanah sharing bercerita pengalaman saat terkena kusta dan bagaimana dukungan keluarga terus membuatnya untuk bertahan dan berusaha untuk sembuh. 

Uswatun terkena kusta saat usianya masih remaja, dengan gejala awal ada bercak putih kemerahan di kulitnya, saat berobat ternyata itu termasuk jenis kusta kering. Ternyata penyakit kusta itu ada kusta kering dan kusta basah. Saat itu Uswatun terus berusaha untuk melawan stigma negatif mengenai Kusta, ia yakin kalau dirinya pasti bisa sembuh dengan pengobatan rutin, pola hidup sehat dan paling penting harus percaya diri. 

Mendampingi Down Syndrome

dr. Oom Komariah, M.Kes menjelaskan apa itu down syndrom dan apa penyebabnya, karena sesuai dengan pengalaman dr. Oom memiliki anak yang berkebutuhan khusus. 

dr. Oom memberitaukan bahwa ketika memiliki keluarga yang berkebutuhan khusus untuk segera memeriksakaan ke dokter agar bisa cepat mendapatkan penanganan yang tepat, seperti pengobatan, terapi, fisioterapi dan yang lainnya. 

Selain itu harus terus mengoptimalkan potensi anak berkebutuhan khusus agar bisa mengembangkan potensi yang ada di dirinya dan bisa mandiri, karena anak yang berkebutuhan khusus juga harus diberikan kesempatan yang sama dengan anak normal lainnya. 

Selain itu dr. Oom Komariah, M.kes sebagai ketua POTADS (Persatuan Orang Tua, Anak Dengan Down Syndrome) menjelaskan bahwa bila masyarakat maupun orang tua yang memerlukan informasi terkait down syndrome bisa menghubungi POTADS di nomor 081296237423 dengan begitu diharapkan bisa saling menguatkan dan saling mendukung. 

Sebaiknya dukungan harus terus mengalir dengan tepat kepada para penderita kusta dan down syndrome, supaya mereka tidak merasa sendirian menghadapi beban yang cukup berat tersebut. Banyak juga penderita yang telah berhasil melewati masa beratnya, mereka bangkit sekuat dukungan orang-orang disekitarnya.

Karena sekali lagi, kunci dari cara menyembuhkan kusta adalah dukungan orang-orang terdekat dan bagaimana cara kita menghilangkan stigma buruk tentang kusta itu sendiri supaya dapat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga para penderita Kusta di negeri ini bisa lebih berani untuk bangkit dari perasaan minder, malu bahkan kehilangan kepercayaan dirinya.
 

Tidak ada komentar